Lima Mahasiswa ITS Surabaya Rancang Alat Sangrai Kacang Otomatis

Lima Mahasiswa ITS Surabaya Rancang Alat Sangrai Kacang Otomatis – Penduduk Indonesia sering manfaatkan kacang menjadi beberapa bahan makanan seperti selai, kue, sambal atau olahan lainnya. Akan tetapi kacang seringkali di proses dengan alat konvensional yang mempunyai banyak kekurangan.

Keadaan ini memberikan inspirasi lima mahasiswa Institut Tehnologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk membuat suatu alat sangrai kacang automatis yang dinamakan Go War Machine.

Go War Machine bikinan Arif Rachman Hakim, Andhika Bagus Alfian, M Nafis Ismail, Aprilia Awal Rosani, serta Putri Kebiasaan Aprilia R ini diklaim dapat membuahkan produk kacang dengan kematangan rata serta waktu yang lebih efektif.

Menariknya, alat sangrai ini memakai tehnologi smart grid, dengan ‘bahan bakar’ berbentuk tenaga yang dibuat dari panel surya (solar panel) yang dipasang di atap rumah atau tempat usaha.

Panel ini sudah terkoneksi dengan automatic transfer switch yang telah tersambung dengan jaringan listrik PLN.

Arif juga menuturkan bila alat sangrai konvensional mempunyai beberapa kekurangan, seperti pekerja mesti ada dekat dengan alat atau terkena asap dari pembakaran bahan bakar arang serta kayu hingga beresiko tinggi terkena penyakit paru akut yaitu Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), dibanding pekerja dengan bahan bakar listrik serta gas.

Apalagi rotasi alat sangrai manual membuat kematangan kacang yang tidak rata. Diluar itu, jumlahnya produksinya hanya terbatas.

Sedang Go War Machine memadukan dua sumber tenaga, yakni panel surya serta jala-jala listrk hingga ketersediaan dayanya tidak hanya terbatas.

“Jika seumpama mendung atau hujan hingga daya dari panel surya tidak memenuhi, alat ini automatis langsung switch ke daya cadangan yang tersambung dengan jaringan listrik dari PLN,” tutur mahasiswa Tehnik Elektro ITS ini.

Go War Machine juga membuahkan kematangan yang rata dengan waktu yang maksimal. Tingkat kematangannya terdaftar sampai 99,8 %, sedang pada alat sangrai konvensional, cuma dapat sampai kematangan 80 % saja.

Bahkan juga Arif mengklaim modal membuat Go War Machine dapat kembali cuma dalam kurun waktu 15 bulan 26 hari saja. Entrepreneur atau aktor UMKM dapat juga mengirit cost operasional karena cost perawatannya yang murah. Ditambah lagi alat ini diklaim bisa tahan beroperasi sampai lima tahun.

Yang akan datang, alat yang tercatat dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) menuju Minggu Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ini diinginkan dapat berkepanjangan serta rata dengan pemakaiannya.